By Kunto widyatmoko, on 16-04-2009 14:58 |
Views : 604 |
Sinyo Aliandoe :
Jakarta – dasar sepakbola rata – rata pemain klub yang ambil bagian dalam kompetisi Liga Indonesia (LI) memprihatinkan. Padahal kompetisi LI berstandar nasional, ditayangkan televisi secara luas, dan berpeluang ditiru oleh pemain junior.
“Dalam soal kontrol bola, misalnya, masih banyak pemain yang posisi kakinya salah ketika mendapat umpan dari rekannya. Akibatnya, bola menjadi jauh dan mudah direbut lawan”, kata sinyo aliandoe (68) dalam wawancara khusus dengan SH di rumahnya di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan, sabtu (11/4) lalu.
Itu baru dari segi kontrol bola, belum lagi dari segi passing (mengumpan) dan shooting (menembak). Sering kali pemain tidak tahu kapan dan bagaimana melakukan passing dan kapan serta bagaimana melakukan shooting. Padahal, antara passing dan shooting jelas sekali bedanya.
“Tendangan passing harus sampai pada sasaran yang dituju dan muda diterima oleh rekannya. Namun, praktiknya banyak pemain yang maksudnya ingin passing padahal dia melakukan shooting.
Akibatnya, rekan yang mestinya menerima umpan dengan enak justru setengah mati mengejar bola,” kata sinyo, mantan pelatih nasional PSSI yang mengantarkan Indonesia menjadi Juara subgrup 3 B Zona Asia Kualifikasi Piala Dunia 1986.
ia tidak menyalahkan pelatih klub mereka di LI sebab pelatih tidak lagi mengajarkan dasar sepakbola, melainkan langsung ketahap taktik dan strategi pertandingan. Yang salah adalah pelatih pertama mereka yang mengejarkan dasar sepakbola secara serampangan.
“Saat ini banyak pelatih yang mengikuti kursus pelatih. Hanya untuk mendapatkan sertifikat kepelatihan agar segera bisa melatih, bukan untuk menguasai ilmu sepakbolnya. Ironisnya, di luar sana banyak pelatih klub kecil atau klub amatir yang tidak punya sertifikat, tapi melatih dasar sepakbola dengan benar,” kata sinyo yang sempat juga melatih klub Tunas Inti (Galatama), Arema malang, dan sebuah klub di Aceh.
Mantan pemain Nasional PSSI di tahun 60-an yang mengantarkan Indonesia menjadi juara Piala Aga Khan, Piala raja, dan Merdeka Games itu menawarkan dirinya untuk mengadakan kepelatihan bagi pelatih pemula di daerah – daerah selama dua minggu, termasuk mengajarkan latihan fisik yang cocok untuk pemain sepakbola. Sinyo adalah lulusan SGPD (Sekolah Guru Pendidikan Djasmani) Denpasar sebelum bergabung dengan Klub Indonesia Muda (IM Surabaya), kemudian ke IM Jakarta, yang membuatnya dipanggil memperkuat Persija dan Tim Nasional PSSI pada tahun 1964 hingga tahun 1970. Sinyo pensiun sebagai pemain karena cedera dihantam seorang rekannya dalam seleksi tim nasional.
“Soal biaya pelatihan ini bisa diatur dengan pengda PSSI setempat, dengan sponsor atau dengan Kantor Menneggpora. Saya sudah tua. Saya ingin menularkan sedikit ilmu saya pada pelatih pemula sebelum saya kembali kepada Yang Maha Kuasa,” kata Sinyo yang tetap rajin menjaga kondisi fisiknya dengan berjalan kaki setiap pagi di sekitar tempat tinggalnya.(isyanto)
Media : Harian Sinar Harapan
Tanggal : 14 April 2009
sumber : http://www1.kemenegpora.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=2040
Tidak ada komentar:
Posting Komentar