Kamis, 02 Juli 2009

Hormati Polosin-Sinyo Aliandoe

[ Kamis, 26 Maret 2009 ]

BERGABUNG dengan timnas Indonesia dalam kurun lebih dari lima tahun merupakan pengalaman yang tak terlupakan bagi Ferril. Apalagi, dalam waktu itu pula dirinya sempat menjadi bagian penting atas melambungnya nama Indonesia di pentas olahraga Asia Tenggara.

Ketika diperkuat Ferril, tim Merah Putih memang sempat merengkuh juara SEA Games Manila 1991. Gelar tersebut sejauh ini masih berstatus terakhir bagi Indonesia. Sebab, sejak itu negara ini tidak lagi merasakan manisnya gelar juara even tersebut.

Sekilas pencapaian timnas dan Ferril kala itu memang cukup heroik. Namun, pencapaian tersebut bukan hal yang mudah bagi para pemainnya. Khusus bagi Ferril, tak jarang benturan dan ketegangan harus mengiringi perjalanannya membawa nama Indonesia ke tangga juara.

Dia mengaku ketegangan tersebut sempat terjadi ketika Indonesia menghadapi partai semifinal melawan Singapura. ''Hingga 2 x 45 menit, skor masih imbang 0-0,'' ungkapnya.

Ketika memasuki masa perpanjangan waktu, dia menyatakan bahwa pelatih Indonesia Anatoly Polosin meminta Ferril agar memimpin tim bermain lebih lambat. Tapi, sebelum masuk lapangan lagi, Ferril lebih dulu bertanya kepada teman-temannya tentang stamina mereka. ''Mereka bilang, masih kuat Kapt! Karena itu, saya ajak teman-teman kembali bermain cepat,'' ujarnya.

Dalam masa perpanjangan waktu tersebut, Indonesia memang tidak berhasil menciptakan gol. Namun, Ferril dkk terus mengurung pertahanan Singapura.

Dia mengungkapkan, strategi tersebut membuat stamina para pemain negeri berlogo kepala Singa itu kedodoran. ''Dan ketika adu tendangan penalti, mereka jeblok karena staminanya habis. Sementara kami masih tetap bisa menendang terarah,'' katanya.

Dari kenangan tersebut, Ferril lantas mengambil benang merah bahwa seorang kapten memang perlu mengambil keputusan yang tepat di lapangan, meski terkadang instruksi pelatih berseberangan. ''Saya rasa, seorang pemain lebih paham kondisi di lapangan. Jadi, jika memang ada peluang yang bisa menguntungkan, kenapa tidak diambil?'' tegasnya.

Seusai pertandingan, kata Ferril, Polosin berdiskusi dengan dirinya. ''Akhirnya dia (Polosin) memaklumi keputusan yang saya ambil itu. Padahal, sebelumnya dia sempat marah-marah,'' ujarnya. Hal itu pula yang membuat Ferril tetap hormat terhadap sosok Polosin.

Terlepas dari itu, dia tetap mengidolakan Sinyo Aliandoe sebagai pelatih. Sebab, berkat tangan dingin Sinyo, Ferril yang ketika di Niac Mitra dan Persebaya berposisi gelandang bisa menjelma sebagai libero andal. ''Dia sangat pandai, begitu mengerti talenta tersembuyi,'' sebutnya. (uan/diq)

sumber : http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=59618

Tidak ada komentar:

Posting Komentar